
Pembayaran digital global terus bertransformasi, didorong oleh kemajuan teknologi yang pesat serta sikap, preferensi, dan perilaku konsumen yang terus berkembang. Secara global, proyeksi nilai transaksi pembayaran digital mencapai US$ 11,6 triliun pada tahun 2024 dan diperkirakan akan tumbuh menjadi US$16,6 triliun pada tahun 2028, menandai besarnya pergeseran ini.1
Dan beberapa wilayah berkembang lebih cepat daripada wilayah lainnya. Tidak ada transformasi digital yang terjadi lebih cepat daripada di Asia Tenggara, yang terus mengalami pertumbuhan pesat dalam pembayaran digital, didorong oleh berbagai faktor seperti peningkatan penetrasi smartphone dan kebangkitan e-commerce. Menurut laporan dari Google, Temasek, dan Bain & Company, pembayaran digital di Asia Tenggara diperkirakan akan mencapai US$1,5 triliun dalam nilai transaksi bruto pada tahun 2025.2 Di kawasan Asia Pasifik, pembayaran secara mobile sekarang hampir ada di mana-mana di Tiongkok, dengan Alipay dan WeChat Pay yang mendominasi pasar. Pada tahun 2023, pembayaran secara mobile menyumbang lebih dari 80% dari semua transaksi pembayaran online di Tiongkok, menurut CTMfile.3. Di Amerika Serikat, jumlah pembayaran non-tunai, tidak termasuk cek, telah meningkat lebih dari 500% antara tahun 2000 dan 2021, menurut Federal Reserve System, sementara jumlah cek yang ditulis telah menurun hampir 75% pada periode yang sama.4
Sebagai hasil dari perubahan lanskap di semua wilayah secara global, kenyamanan, kecepatan, dan aksesibilitas pembayaran digital telah menjadikannya bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, merevolusi cara kita bertransaksi dan berinteraksi dengan bisnis dan satu sama lain di seluruh dunia. Pada tahun 2027, “frictionless advantage” dari dompet digital diproyeksikan dapat membantu menyumbang lebih dari US $25 triliun nilai transaksi global, atau 49% dari seluruh penjualan online dan POS.5 Pembayaran digital juga dapat memainkan peran penting dalam meningkatkan inklusi keuangan dengan menyediakan layanan keuangan yang mudah diakses dan terjangkau bagi individu dan bisnis yang kurang terlayani atau dikecualikan dari sistem perbankan tradisional. Menurut basis data Global Findex Bank Dunia, jumlah orang dewasa di dunia yang memiliki rekening bank telah meningkat secara substansial, dan pembayaran digital memainkan peran penting dalam pertumbuhan ini.6
Namun, seiring dengan berkembangnya ekosistem pembayaran digital, begitu pula dengan risiko yang terkait. Penjahat siber menjadi semakin canggih, mengeksploitasi lemahnya sistem untuk melakukan penipuan dan kecurangan. Kerugian finansial yang diderita oleh masyarakat dan bisnis akibat tindakan jahat ini cukup besar dan terus meningkat. Laporan Chubb dan temuan surveinya menyoroti sifat penipuan siber yang meluas, dengan hampir dua pertiga responden menyatakan bahwa mereka pernah menjadi korban penipuan atau mengenal korban penipuan. Dampak dari penipuan ini tidak hanya terbatas pada kerugian finansial, tetapi juga mengikis kepercayaan terhadap platform pembayaran digital dan menghambat penggunaan yang lebih luas.
Dalam lingkungan yang dinamis ini, asuransi memainkan peran penting dalam menumbuhkan kepercayaan dan memungkinkan pertumbuhan ekosistem pembayaran digital yang berkelanjutan. Dengan memberikan perlindungan terhadap kerugian finansial yang diakibatkan oleh penipuan siber, kerusakan teknologi, dan pelanggaran data, asuransi menguatkan masyarakat dan bisnis untuk menggunakan pembayaran digital dengan lebih yakin. Hasil survei ini dengan jelas menunjukkan dampak positif asuransi terhadap kepercayaan, dengan tiga perempat konsumen mengindikasikan bahwa perlindungan asuransi akan secara signifikan meningkatkan kepercayaan mereka terhadap teknologi pembayaran digital.
Di Chubb, kami menyadari pentingnya asuransi dalam mendukung transformasi pembayaran digital. Kami berkomitmen untuk mengembangkan solusi asuransi yang inovatif yang dapat menjawab perubahan risiko yang dihadapi oleh masyarakat dan bisnis di dunia digital. Tujuan kami adalah untuk memberikan perlindungan secara lengkap yang memungkinkan nasabah kami untuk bertransaksi dengan aman dan yakin di era digital.
Karena ruang lingkup pembayaran digital terus berkembang dan beradaptasi, kolaborasi di antara semua pemangku kepentingan sangatlah penting. Lembaga keuangan, pelaku usaha, perusahaan asuransi, dan pemerintah harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang aman dan dapat dipercaya untuk transaksi digital. Dengan mengembangkan pola pikir yang berfokus pada kesadaran, kewaspadaan, dan perlindungan, kita dapat memastikan bahwa manfaat pembayaran digital dapat diakses oleh semua orang selagi mengurangi risiko yang terkait.
Masa depan pembayaran digital yang baik, dan asuransi memiliki peran penting dalam membantu langkahnya. Di Chubb, kami bangga menjadi yang terdepan dalam transformasi ini, memberikan perlindungan dan ketenangan pikiran yang diperlukan untuk menavigasi rumitnya dunia digital.
1. Statista Market Insights, 2024
2. Google, Temasek, and Bain & Company, 2023
3. Intexus – Digital payments in Latin America, What to expect next?
4. The Federal Reserve Payments Study, 2022
5. Worldpay Global Payments Report, 2023
6. The Global Findex Database, 2021
7. 2023 Digital Banking Fraud Trends in Latin America – BioCatch
Laporan survei terbaru dari Chubb menemukan bahwa lingkup pembayaran digital penuh dengan masalah keyakinan – seperti yang ditimbulkan karena penipuan siber – yang secara signifikan berdampak pada penggunaannya.
Laporan ini menunjukkan pentingnya pendekatan berbasis ekosistem untuk mitigasi risiko, termasuk penawaran perlindungan asuransi, untuk mengurangi kekhawatiran ini dan mendorong penggunaan yang lebih besar.
Chubb secara global menunjuk Opinium, sebuah lembaga riset dan wawasan strategis global, untuk melaksanakan survei global terhadap pengguna pembayaran digital.
Phishing / Vishing
Penipu berpura-pura menjadi perusahaan yang dapat dipercaya, seperti bank atau platform pembayaran, untuk mengelabui Anda agar mengungkapkan informasi sensitif seperti kata sandi dan detail akun Anda.
Pembelian produk atau layanan palsu
Penipu menyamar sebagai pelaku usaha yang legal dan meminta pembayaran melalui aplikasi P2P lalu menghilang, meninggalkan Anda tanpa barang atau layanan yang telah Anda bayar.
Aplikasi palsu
Penipu membuat aplikasi pembayaran peer-to-peer palsu yang kemudian diunggah ke app store atau didistribusikan secara langsung ke pengguna.
Penipuan bekerja dari rumah
“Pemberi Kerja” baru Anda menginstruksikan Anda untuk mengirimkan uang kepada orang lain melalui layanan P2P.
Penipuan deepfake
Penipu menggunakan gambar atau video seseorang yang dibuat ulang secara digital untuk meyakinkan seseorang agar mengirimkan uang kepada mereka.
Penipuan ‘Ini Ibu’
Misalnya, penipu menyamar sebagai anggota keluarga yang meminta pembayaran segera.
Transfer 'tidak disengaja'
Seseorang mengaku telah salah mengirim uang ke rekening pembayaran Anda dan meminta Anda untuk mengembalikannya.
Penipuan kartu hadiah
Misalnya, penipu berpura-pura menjadi salah satu kontak email atau telepon Anda untuk meminta Anda membelikan kartu hadiah sebagai bentuk balas budi.
Penipuan peniruan
Penipu membuat Anda percaya bahwa Anda sedang berurusan dengan perusahaan yang terpercaya, seperti bank atau platform P2P. Mereka akan meminta Anda untuk mengirim uang, biasanya untuk “memverifikasi” akun Anda atau “membalikkan” transaksi.
Provider pembayaran harus menutup kesenjangan kepercayaan
Survei ini menemukan bahwa meskipun pengguna global pada umumnya mempercayai teknologi pembayaran digital, hampir dua pertiga tidak sepenuhnya mempercayainya. Sebagian besar responden tidak menyatakan kepercayaan mereka terhadap pembayaran digital dalam hal kecukupan dukungan pelanggan (36%), keamanan (32%), dan kerahasiaan (29%).
Semua orang rentan terhadap penipuan siber
Menurut survei, penipuan siber adalah pendorong utama masalah keamanan. Hampir dua pertiga responden pernah menjadi atau mengenal korban penipuan. Phishing, peniruan, dan produk atau layanan palsu adalah penipuan yang paling banyak terjadi. Meskipun memiliki latar belakang pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan tidak membuat semua orang rentan terhadap penipuan siber.
Kekhawatiran tentang penipuan siber memengaruhi penggunaan
Di seluruh dunia, lebih dari 60% responden mengindikasikan bahwa mereka telah mengubah perilaku mereka atau mengurangi penggunaan platform pembayaran digital karena kekhawatiran akan penipuan siber atau aktivitas penipuan.
Asuransi dapat meningkatkan kepercayaan dan adopsi yang lebih besar
Memiliki asuransi transaksi akan secara signifikan meningkatkan kepercayaan bagi tiga perempat konsumen, terutama jika ditawarkan oleh penyedia layanan yang memiliki reputasi kuat. Proporsi tertinggi konsumen bersedia membayar 6% atau lebih dari jumlah transaksi untuk asuransi. Banyak responden juga melihat solusi teknologi berbasis AI sebagai sarana untuk meningkatkan keamanan pembayaran.
Total nilai transaksi pembayaran digital diproyeksikan mencapai US$11,6 triliun pada tahun 2024. Pertumbuhan nilai transaksi yang berkelanjutan diperkirakan akan terus berlanjut dengan kecepatan gabungan sebesar 9,5% dari tahun 2024 hingga 2028, mencapai US$16,6 triliun.1
Namun, seiring dengan meningkatnya ketergantungan pada teknologi ini, begitu pula dengan seringnya terjadi pelanggaran keamanan. Misalnya, insiden pembobolan data yang melibatkan lembaga keuangan meningkat lebih dari 330% dari tahun 2019 hingga 2023.2 Pada tahun 2023, konsumen AS melaporkan kehilangan US$1,8 miliar karena penipuan yang melibatkan transfer dan pembayaran bank.3
Di AS, Undang-Undang Transfer Dana Elektronik mewajibkan bank untuk mengganti uang konsumen untuk transaksi yang tidak sah (misalnya, jika akun diretas) tetapi tidak untuk transaksi yang sah (misalnya, jika penipu mengelabui pengguna untuk mengirim uang). Akibatnya, korban penipuan sering kali tidak mendapatkan penggantian. Tiga bank terbesar yang menawarkan jaringan pembayaran Zelle menolak sengketa penipuan senilai total sekitar US$560 juta dari tahun 2021 hingga 2023, menurut analisis Subkomite Investigasi Senat AS.4
Dunia bisnis juga mengalami krisis finansial. Juniper Research memprediksi bahwa kerugian pelau usaha akibat penipuan pembayaran online akan melampaui US$362 miliar secara global antara tahun 2023 dan 2028, dengan US$91 miliar kerugian yang diantisipasi pada tahun 2028 saja.5
U$11.6 triliun1
Proyeksi total nilai transaksi pembayaran digital pada tahun 2024
U$16.6 triliun1
Proyeksi total nilai transaksi pembayaran digital pada tahun 2028
U$1.8 miliar3
Jumlah kerugian yang dilaporkan nasabah Amerika Serikat pada tahun 2023 akibat penipuan transfer bank dan pembayaran
U$362 miliar5
Kerugian pedagang akibat penipuan pembayaran online diperkirakan akan melampaui jumlah ini antara tahun 2023 dan 2028
1 Statista Market Insights, 2024
2 Statista Market Insights, 2024
3 Federal Trade Commission, 2024
4 US Senate, Permanent Subcommittee on Investigations: “A Fast and Easy Way to Lose Money: Insufficient Consumer Protection on the Zelle Network,” 2024.
5 Juniper Research, 2023
Survei ini menemukan bahwa transfer dalam negeri hampir dilakukan oleh semua orang, namun hanya seperempat responden yang pernah mentransfer uang secara internasional. Rata-rata, pengguna global mengirim uang secara digital sekitar tiga kali per bulan.
Brasil, Thailand, dan Vietnam memimpin dalam hal frekuensi transfer, sementara AS, Meksiko, dan Singapura berada di belakangnya. Jumlah uang yang dikirim lebih tinggi untuk pengguna transfer bank (dibandingkan dengan pengguna aplikasi pembayaran digital) di semua pasar, kecuali Meksiko dan Thailand.
Metode dan penyedia pembayaran beragam
Menurut tanggapan survei, transfer bank digital adalah metode pembayaran yang paling banyak digunakan di Amerika Latin dan Asia. Aplikasi mobile, dompet digital, dan kode QR adalah metode transfer yang paling populer di AS dan hampir sama populernya dengan transfer bank digital di Asia. Penyedia pembayaran yang paling sering digunakan berbeda-beda di setiap wilayah-misalnya, PayPal memiliki pasar penggunaan terbesar di AS dan Meksiko.
(rata-rata jumlah hari dalam dua belas bulan terakhir)
Opini antara penggunaan versus kepercayaan
Meskipun sebagian besar responden mempercayai penyedia layanan untuk memastikan kerahasiaan dan perlindungan, banyak juga yang meragukannya. Hampir sepertiga responden secara global - dan lebih dari sepertiga di Amerika Serikat dan Amerika Latin - kurang percaya pada langkah-langkah keamanan penyedia layanan. Kekhawatiran tentang kecukupan dukungan pelanggan (36%) dan kerahasiaan (29%) juga menjadi penghalang utama untuk mendapatkan kepercayaan penuh.
Jumlah responden yang memiliki kekhawatiran tentang kerahasiaan pelanggan
Jumlah responden yang memiliki kekhawatiran tentang kecukupan dukungan pelanggan
Hambatan utama untuk dapat sepenuhnya mempercayai teknologi pembayaran digital adalah kemungkinan ditipu. Ini adalah penghalang nomor satu untuk percaya bagi responden di Amerika Latin – dimana meraih respon 54%, dibandingkan dengan 44% di Asia dan 43% di AS.
Pengembalian dana juga menjadi perhatian. Secara global, 39% responden tidak setuju bahwa mereka dapat mengetahui cara lain yang dapat dilakukan jika pembayaran gagal dilakukan. Angka ini lebih tinggi dari rata-rata responden Amerika Latin (44%) dan perempuan ditingkat global (44%).
* Sejauh ini, hal ini merupakan penghalang utama (70%) di antara mereka yang merupakan penduduk tetap di luar negeri tanpa kewarganegaraan, meskipun ukuran sampel cukup rendah (n=23)
Kekhawatiran ini juga lebih tinggi di antara yang mengirimkan uang secara internasional, mingguan, bahkan pihak yang tidak mempercayai teknologi pembayaran digital, mereka yang melakukan analisa ketika mempertimbangkan penyedia pembayaran digital baru, pihak yang telah mengubah perilakunya karena kekhawatiran akan penipuan siber, dan para korban penipuan.
Yang terpenting, kekhawatiran akan penipuan berdampak buruk pada penggunaan platform pembayaran digital. Sebagian besar responden yang khawatir akan penipuan siber mengindikasikan bahwa mereka telah mengubah perilaku mereka atau mengurangi penggunaan platform tertentu: 61% secara global, 60% di AS, 56% di Amerika Latin, dan 65% di Asia. Kaum muda (67%), wanita (63%), pengiriman uang secara internasional (68%), dan mingguan (63%) memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengubah perilaku mereka.
Penipuan phishing 67%
Persentase responden yang mengetahui adanya penipuan phishing
Peniruan identitas 58%
Persentase responden yang mengetahui adanya peniruan identitas
Produk/layanan palsu 53%
Persentase responden yang mengetahui adanya produk atau layanan palsu
Tingginya tingkat kesadaran dan kekhawatiran terhadap phishing memang beralasan: 29% responden melaporkan pernah menjadi korban atau mengenal korban phishing. Hal ini diikuti oleh produk atau layanan palsu (24%), peniruan (22%), dan penipuan “Hai Ibu” (22%). Secara keseluruhan, 63% responden pernah menjadi korban atau mengenal korban penipuan.
Generasi muda, wanita, dan yang melakukan transfer mingguan atau internasional adalah yang paling rentan terhadap penipuan. Yang mungkin mengejutkan, faktor-faktor seperti pendidikan, pendapatan, kewarganegaraan, pekerjaan, dan status hubungan tidak secara penting memengaruhi kemungkinan terkena penipuan.
Generasi muda dan pengguna internasional atau pengguna mingguan adalah konsumen penting dari platform pembayaran digital. Namun, penyedia layanan tidak boleh menganggap remeh hal ini. Temuan survei menunjukkan bahwa potensi risiko –serta peluang - yang berkaitan dengan kelompok-kelompok penting ini.
Dalam survei kami, generasi muda adalah pengguna utama pembayaran digital. Mereka lebih sering menggunakan platform (89% berbanding 85%) dan bank (78% berbanding 75%) untuk pembayaran digital selama 12 bulan terakhir. Mereka juga melakukan transfer digital lebih sering selama periode ini (45 vs 34 kali).
Namun, penyedia layanan tidak boleh berasumsi bahwa generasi muda ini terikat erat dengan teknologi pembayaran digital. Lebih dari dua pertiga generasi muda mengindikasikan bahwa mereka telah mengubah perilaku mereka atau mengurangi penggunaan platform pembayaran digital karena kekhawatiran akan penipuan siber.
Sisi baiknya, generasi muda sangat terbuka terhadap gagasan akan asuransi.
Responden dari pengguna internasional atau mingguan yang melakukan transfer internasional atau mingguan sangat cenderung mempercayai teknologi pembayaran digital (masing-masing 96% dan 94%).
Namun, pengguna di kedua kelompok ini lebih khawatir menjadi korban penipuan siber saat mentransfer uang secara digital. Kekhawatiran mereka divalidasi oleh fakta bahwa kedua kelompok ini termasuk yang paling rentan terhadap penipuan siber-sekitar sepertiga dari responden di setiap kelompok telah menjadi korban.
Pada saat yang sama, kelompok-kelompok ini terbuka untuk mempertimbangkan asuransi untuk meringankan kekhawatiran mereka. Pada setiap kelompok, sekitar 80% responden akan mempertimbangkan perlindungan asuransi. Kesediaan untuk membayar asuransi di antara kelompok-kelompok ini (sekitar 8,4% untuk internasional dan 7,7% untuk mingguan) juga lebih tinggi daripada rata-rata keseluruhan di antara para responden.
Responden dari generasi muda, pengguna berulang dan pengguna dengan perilaku berisiko bisa jadi lebih berisiko karena secara keliru bahwa mereka terlindungi secara otomatis.
Namun, penggunaan asuransi yang sebenarnya relatif rendah. Asuransi ini lebih jarang digunakan sebagai asuransi penipuan siber atau penipuan siber pribadi (16% secara global) dibandingkan dengan asuransi perlindungan pembayaran (23% secara global). Di Asia, penggunaannya di atas rata-rata untuk kedua jenis asuransi tersebut (21% dan 30%).
Pertimbangan lebih tinggi di antara yang mengirimkan uang secara internasional, uang mingguan, pihak yang melakukan analisa ketika mempertimbangkan penyedia pembayaran digital baru, pihak yang telah mengubah perilaku mereka karena kekhawatiran akan penipuan siber, korban penipuan, mereka yang terlibat dalam perilaku berisiko, dan responden yang lebih muda.
Proporsi tertinggi konsumen bersedia membayar 6% atau lebih dari jumlah transaksi untuk asuransi. Rata-rata dari seluruh responden adalah 7%. Responden menunjukkan harga, reputasi keseluruhan dan reputasi klaim sebagai fitur yang paling membedakan dan penting ketika membeli asuransi. Kekuatan reputasi klaim sangat penting di Asia.
Kehadiran transaction insurance memainkan peran penting dalam meningkatkan kepercayaan pengguna terhadap teknologi pembayaran digital. Survei ini menemukan bahwa memiliki transaction insurance secara signifikan meningkatkan kepercayaan bagi tiga perempat konsumen. Mengingat rendahnya angka penggunaan asuransi (16% secara global untuk asuransi penipuan siber pribadi atau penipuan siber, 23% untuk perlindungan pembayaran), kesenjangan ini menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen yang tidak memiliki asuransi akan merasakan manfaatnya dalam mengatasi ketidakpercayaan mereka terhadap pembayaran digital.
Penggunaan pembayaran digital terus berkembang pesat dan menjadi bagian tak terpisahkan dari transaksi sehari-hari di seluruh dunia.
Efisiensi dan kenyamanan yang mereka tawarkan memiliki potensi untuk mengubah ekonomi dan mendorong inklusi keuangan. Namun, seiring dengan perkembangan yang pesat dan semakin pentingnya hal ini, muncul keharusan untuk memastikan bahwa sistem pembayaran digital dapat dipercaya dan aman.
Menutup celah untuk mencapai pembayaran digital yang dapat dipercaya sepenuhnya membutuhkan kolaborasi di antara semua peserta dalam ekosistem, termasuk lembaga keuangan, pedagang, perusahaan asuransi, dan pemerintah. Mempromosikan perlindungan, kehati-hatian, kesadaran, keamanan, dan berbagi informasi akan menjadi sangat penting untuk tetap berada di depan dalam menghadapi ancaman yang muncul dan menjaga kepercayaan konsumen. Melalui upaya kolektif ini, para peserta ekosistem dapat mendorong pembayaran digital yang berkembang sambil menjaga kepentingan semua pengguna.