Di antara berbagai produk keuangan yang ada di Indonesia, asuransi jiwa termasuk yang masih rendah penggunaannya. Kesimpulan ini bisa kita lihat dari data perbandingan pemegang polis asuransi jiwa terhadap jumlah penduduk. Menurut catatan Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia per November 2018 seperti dikutip Kompas, baru 6,6% dari total penduduk yang memiliki polis asuransi.
Karena belum banyak penduduk yang memegang polis, maka kontribusi nilai polis asuransi jiwa terhadap produk domestik bruto (PDB) pun terbilang mini, yakni baru 2,5% pada kuartal dua tahun 2018. Rendahnya tingkat penetrasi asuransi di Indonesia ini disebabkan oleh banyaknya persepsi keliru tentang asuransi jiwa yang beredar di masyarakat. Persepsi yang salah tentang asuransi jiwa tersebut antara lain:
Persepsi yang salah ialah, menyamakan asuransi jiwa dengan menabung atau membandingkan asuransi jiwa dengan produk tabungan. Jelas, ini bukan perbandingan yang apple to apple mengingat kedua produk ini memiliki fungsi dan manfaat berbeda. Produk perbankan, terutama tabungan, memiliki fungsi sebagai tempat penyimpanan dana yang aman. Tabungan juga mempermudah orang melakukan transaksi. Itu sebabnya, uang yang disimpan di tabungan tidak akan hilang.
Di sisi lain, produk asuransi menawarkan fungsi perlindungan. Untuk asuransi jiwa, proteksi yang ditawarkan adalah perlindungan terhadap risiko meninggal dunia. Ada beragam fungsi proteksi lain yang ditawarkan oleh produksi asuransi jiwa, seperti perlindungan terhadap risiko cacat tetap, risiko kecelakaan, hingga risiko penyakit kritis.
Dengan membeli produk asuransi, nasabah menukar risiko yang seharusnya ia tanggung, ke perusahaan asuransi. Sehingga dengan demikian, nasabah menjadi terlindungi. Untuk memperoleh perlindungan ini, nasabah perlu membayar sejumlah premi ke perusahaan asuransi.
Jadi, premi ini menjadi hak milik perusahaan asuransi dan tidak dikembalikan ke nasabah. Berbeda halnya dengan dana di tabungan yang memang selalu menjadi hak milik nasabah.
Perusahaan asuransi jiwa di masa kini memang menawarkan berbagai variasi produk proteksi. Salah satu di antaranya adalah produk asuransi yang dikombinasikan dengan produk investasi, atau yang populer disebut unit link. Namun jelas keliru kalau asuransi jiwa disamakan dengan produk investasi.
Produk asuransi jiwa yang dikombinasikan dengan produk investasi, memang menawarkan nilai tunai yang bisa diambil pemegang polis di kemudian hari. Namun, untuk produk asuransi jiwa konvensional, dana yang dibayarkan pemegang polis sebagai premi jelas tidak akan kembali di masa mendatang.
Persepsi yang salah ini menyebabkan sebagian orang menutup polis asuransi jiwa nilai investasinya tidak berkembang sesuai harapan. Padahal, menutup polis berarti sama saja membiarkan diri tidak terlindungi, yang berisiko menimbulkan kerugian yang lebih besar.
Yang perlu diingat, produk utama yang ditawarkan oleh asuransi jiwa ialah proteksi. Karena itu, ketika tengah mempertimbangkan membeli produk asuransi jiwa, seseorang seharusnya mengedepankan manfaat proteksi yang bisa ia petik di kemudian hari, bukan besar imbal hasil investasi yang ia peroleh.
Persepsi salah berikutnya yang juga banyak beredar di masyarakat ialah, menganggap membeli asuransi jiwa sebagai hal yang merugikan, buang-buang uang, karena uang yang disetorkan tidak akan kembali. Dalam produk asuransi jiwa murni, uang yang dibayar sebagai premi memang tidak akan kembali lagi ke tangan pemegang polis. Mengapa? Karena perusahaan asuransi jiwa membukukan setoran premi sebagai pendapatan, yang kemudian akan digunakan sebagai sumber dana untuk menutup klaim-klaim nasabah.
Jadi, mereka yang menganggap pembelian polis asuransi jiwa sebagai sesuatu yang tidak berguna adalah persepsi yang keliru. Karena, keluarga nasabah akan memperoleh manfaat berupa uang pertanggungan (UP) jika nasabah wafat. UP ini kemudian bisa dipakai keluarga nasabah untuk memenuhi biaya sehari-hari, membiayai pendidikan anak-anak, dan lain-lain. Selain itu, saat ini industri asuransi pun menawarkan produk asuransi jiwa yang menawarkan opsi pengembalian premi. Umumnya, asuransi yang menawarkan fasilitas tersebut menawarkan premi yang lebih tinggi.
Beberapa orang juga menganggap asuransi jiwa merupakan produk yang mahal. Lagi-lagi, ini merupakan persepsi yang keliru. Memang, ada banyak produk asuransi jiwa yang memiliki premi yang tinggi. Namun mengingat di masa sekarang produk asuransi jiwa memiliki banyak ragam dan varian, tentu saja ada asuransi jiwa yang menawarkan premi terjangkau. Anda tinggal perlu mencari produk-produk asuransi jiwa di website perusahaan asuransi dan membandingkannya satu sama lain. Tentu saja Anda bisa menyesuaikan produk asuransi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan finansial. Saat ini, ada juga lho asuransi jiwa yang memiliki premi ratusan ribu Rupiah.
Lagipula, mengingat manfaatnya yang penting untuk keluarga, maka persepsi bahwa asuransi jiwa itu mahal sangatlah keliru. Pakar keuangan menganjurkan, sebaiknya seseorang menyisihkan 10% dari penghasilannya untuk kebutuhan proteksi. Besaran ini umumnya lebih kecil daripada budget yang dialokasikan seseorang untuk biaya kebutuhan sehari-hari, yang besarnya bisa sampai 40%-50% dari penghasilan. Jadi, murah dan mahalnya suatu produk sangat tergantung mindset dan prioritas masing-masing orang.
Jika Anda menempatkan keluarga sebagai prioritas, maka hindarilah persepsi yang salah mengenai asuransi jiwa. Sebab, hingga saat ini, asuransi jiwa adalah salah satu produk yang efektif untuk menangkal dampak finansial akibat wafatnya pencari nafkah.