Lompat ke konten utama
Kesehatan Finansial

Beda Cara Pandang, Ini Perbedaan Milenial Dan Baby Boomer Dalam Mengelola Keuangan

03/2023
three people gathering

Setiap generasi memiliki karakter yang unik. Karakter yang berbeda-beda itu tidak hanya terlihat dari selera musik, fashion, atau hobi saja, tetapi juga tercermin dari aspek yang lebih luas. Misalnya, pilihan profesi, atau bahkan, cara mengelola keuangan. Perbedaan semacam itu juga terlihat jika kita membandingkan mereka yang termasuk dalam angkatan baby boomer, atau mereka lahir di antara tahun 1943 sampai 1960, dengan mereka yang kerap disebut generasi milenial, atau mereka yang lahir di antara tahun 1981 sampai 1994.

Di antara banyak generasi, generasi baby boomer dan generasi milenial sering diperbandingkan. Mengapa? Bisa jadi karena perbedaan selera dari kedua generasi itu terlihat amat jelas. Tidak hanya dalam kultur pop, tetapi juga orientasi hidup, termasuk cara pengelolaan finansial. Seperti apa perbedaannya? Simak saja uraian berikut.

 

Generasi baby boomer

Istilah baby boomer mencerminkan tingginya angka kelahiran yang terjadi di periode 1943 hingga 1960. Kenaikan angka kelahiran itu tidak terlepas dari situasi politik dan keamanan dunia di masa itu. Seiring dengan berakhirnya Perang Dunia Kedua, masyarakat di berbagai negara pun mulai merasakan kehidupan yang lebih damai. Situasi yang makin kondusif itu berujung ke semakin tingginya angka kelahiran. Berikut beberapa karakter yang kerap dilekatkan pada generasi baby boomer:

 

1. Mandiri

Sikap semacam juga tidak terlepas dari kondisi dunia di saat generasi ini terlahir dan besar. Banyak di antara generasi baby boomer yang lahir di masa-masa akhir perang, harus kehilangan orang tua atau anggota keluarga lain. Karena itu, mereka terbiasa untuk hidup lebih mandiri, termasuk dalam urusan finansial. Itu sebabnya, tak jarang kita dapati mereka yang lahir di rentang generasi baby boomer sudah mencari nafkah sejak duduk di bangku sekolah dan bisa merintis usaha dari usia sangat muda.

 

2. Pekerja keras

Sifat semacam ini muncul karena mereka lahir dan besar di saat dunia masih dalam proses rekonstruksi, setelah porak poranda akibat perang. Generasi ini juga terpacu untuk bekerja keras karena besarnya peluang yang ditawarkan. Jangan lupa, setelah perang berakhir, dunia memasuki tatanan baru. Ini mengharuskan baby boomer untuk bekerja keras untuk bertahan.

 

3. Berhati-hati dalam mengelola keuangan

Sikap konservatif dalam mengelola keuangan juga tidak terlepas dari latar belakang generasi ini. Karena, generasi baby boomer masih dekat dengan situasi di mana dunia serba kekurangan. Belajar dari pengalaman orang tua mereka yang harus hidup serba sulit di masa perang, generasi baby boomer cenderung konservatif dalam mengelola keuangan atau kekayaan mereka. Sikap konservatif itu tercermin paling tidak dari tiga hal berikut:
 

  • Generasi baby boomer merencanakan keuangan dengan orientasi memenuhi kebutuhan anaknya di masa depan. Misalnya, alokasi tentang berapa pengeluaran yang harus ditabung disesuaikan dengan kebutuhan sekolah anak di masa depan.
  • Dengan orientasi pengelolaan keuangan semacam itu, generasi baby boomer cenderung mengalokasikan bagian terbesar dari penghasilannya untuk tabungan dan investasi.
  • Sikap konservatif juga tercermin dari bentuk investasi yang populer di antara generasi ini. Baby boomer cenderung memilih investasi yang memiliki risiko rendah, meski potensi return yang ditawarkan juga tak tinggi. Contohnya investasi dalam bentuk tanah atau rumah.

 

Generasi milenial

Generasi milenial, atau yang dulu juga populer disebut generasi Y, juga lahir di masa dunia mengalami perubahan besar-besaran. Perkembangan teknologi informasi yang pesat hadir di saat generasi ini lahir dan dibesarkan. Akses yang semakin luas ke world wide web, serta perkembangan teknologi telepon seluler menjadikan milenial sebagai generasi yang akrab dengan internet dan berbagai aplikasi digital, terutama media sosial.

Dengan latar belakang pertumbuhan semacam itu, milenial pun terbiasa melihat berbagai perbedaan, percaya diri, ekspresif, serta memiliki ambisi yang tinggi. Dengan kata lain, generasi ini memiliki karakter berikut:

 

1. Memiliki ketergantungan terhadap teknologi

Istilah tech savvy kerap dilekatkan dengan milenial. Maklumlah, mereka besar di masa internet dan telekomunikasi seluler sedang booming. Di masa yang sama, kita melihat tahap awal dari pertumbuhan industri digital, yang kini bisa dibilang menguasai ekonomi dunia.

Kedekatan dengan teknologi ini juga membuat milenial lebih akrab dengan kehadiran ekonomi digital. milenial bisa dibilang sebagai generasi yang paling cepat menerima kehadiran aplikasi digital dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk aplikasi dalam mengelola keuangan.

 

2. Terbuka terhadap konsep ekonomi baru

Sebagai generasi yang tumbuh di masa booming ekonomi digital, milenial tentu juga terbuka terhadap berbagai konsep ekonomi bisnis baru, seperti sharing economy, yang diusung banyak aplikasi masa kini. Keterbukaan terhadap konsep sharing economy itu juga yang menjadi alasan banyak generasi muda untuk menggunakan kendaraan yang bisa disewa secara online, dibandingkan menggunakan kendaraan pribadi dalam mobilitas sehari-hari.

 

3. Jiwa entrepreneur

Dibandingkan dengan dua generasi pendahulunya, milenial dinilai memiliki kecenderungan berwirausaha yang lebih kuat. Sifat entrepreneurship ini sejalan dengan banyaknya peluang yang ditawarkan oleh kehadiran ekonomi digital.

 

4. Lebih bebas dalam mengelola keuangan

Besar di masa teknologi informasi tubuh pesat menyebabkan milenial sebagai generasi yang lebih terbuka terhadap kemungkinan. Selain menjadi lebih terbuka terhadap ide baru, milenial juga lebih berani berimprovisasi, termasuk dalam mengelola keuangan.

Karena itu, dalam mengelola keuangan, milenial kerap dinilai:
 

  • Lebih konsumtif dalam menyusun perencanaan keuangan. Penilaian semacam ini terutama datang dari generasi di atasnya, yang tak terlalu akrab dengan teknologi. Milenial kerap dinilai konsumtif karena berani mengalokasikan sebagian uangnya untuk belanja barang-barang teknologi yang berharga mahal, seperti gadget.
  • Saat teknologi informasi berkembang pesat, dunia pun terasa menjadi sebuah desa. Berkat internet dan berbagai aplikasi sosial media, milenial pun akrab dengan berbagai tempat, yang lokasinya secara fisik sejatinya jauh. Ini mengakibatkan banyak milenial yang tak segan untuk melakukan traveling hingga ke berbagai tempat di pelosok dunia.
  • Kendati terkesan konsumtif dalam pengeluaran yang berbau digital dan traveling, banyak milenial, terutama yang usianya sudah beranjak ke kisaran 30-an, merancang keuangannya dengan lebih konservatif. Tak cuma menyiapkan kebutuhan pendanaan untuk rumah, para milenial ini juga menyisihkan pengeluarannya untuk investasi dan proteksi.

 

Terlepas dari perbedaan di atas, baik generasi baby boomer maupun tetap memiliki persamaan kebutuhan dalam mengelola keuangan, yakni kebutuhan proteksi. Karenanya, apapun golongan generasi Anda saat ini, jangan lupa memproteksi diri dengan asuransi kesehatan. Dengan memiliki asuransi kesehatan, Anda menghindari kerugian yang besar akibat jatuh sakit.